HEADLINEKALTIM.CO, SENDAWAR – Keindahan budaya nusantara kembali terpancar di Plaza Kori Agung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada 23 November 2024, ketika Tari Belian asal Kutai Barat (Kubar) mengambil panggung utama. Dengan alunan musik khas yang menggema, penampilan para penari Belian berhasil memukau ratusan penonton. Atmosfer magis terasa semakin mendalam dengan permainan cahaya yang menciptakan siluet, menghadirkan nuansa mistis yang membius mata.
Tari Belian, salah satu warisan budaya suku Dayak Kalimantan Timur, bukan sekadar pertunjukan seni. Tarian ini sarat makna spiritual dan menjadi bagian dari ritual adat masyarakat Dayak. Dalam balutan kostum tradisional yang memukau, para penari mempersembahkan gerakan dinamis yang diselaraskan dengan irama alat musik tradisional seperti gimar, klentengan, dan glukning.
Tari Belian tidak hanya menghibur, tetapi juga menyimpan nilai sakral. Kata “Belian” sendiri berarti menyembuhkan, mencerminkan fungsinya sebagai tarian ritual penyembuhan dalam tradisi suku Dayak. Salah satu jenis Tari Belian, yaitu Belian Bawo, sering digelar untuk menyampaikan rasa syukur kepada dewata, sesuai dengan keyakinan masyarakat setempat.
Dalam ritualnya, seorang dukun atau pawang akan berperan sebagai mediator antara dunia manusia dan roh halus. Mereka menggunakan bahasa khusus untuk berkomunikasi dengan roh-roh yang dipercaya membantu mengusir energi negatif atau roh jahat penyebab penyakit. Tidak heran, gerakan dan musik pengiring dalam Tari Belian sangat teratur, karena kesalahan sekecil apa pun dapat mengganggu ritual, bahkan memicu insiden mistis seperti kerasukan.
Jika penyebab penyakit dipercaya berasal dari ilmu hitam seperti santet, pasien akan diberi pilihan untuk mengembalikan santet kepada pengirimnya atau memindahkannya ke tumbal berupa hewan seperti ayam atau babi. Sementara itu, jika penyakit tersebut memerlukan pengobatan herbal, salah satu penari akan meninggalkan lokasi ritual untuk mencari bahan obat-obatan di hutan.
Setelah proses penyembuhan selesai, suasana ritual berubah. Irama musik yang awalnya intens dan menegangkan akan beralih menjadi lembut, menandakan akhir dari prosesi. Pada titik ini, pasien biasanya merasa lebih tenang, sementara energi negatif yang mengganggu diyakini telah sirna.
Tari Belian tidak akan lengkap tanpa kehadiran instrumen musik tradisional yang menjadi nyawa dari setiap gerakannya. Beberapa alat musik utama yang digunakan adalah:
- Gimar – Instrumen perkusi ini terbuat dari batang kayu dengan membran dari kulit binatang. Suaranya yang berirama dihasilkan dari pukulan tangan.
- Klentengan – Alat musik pukul yang terdiri dari enam bilah kayu berukuran berbeda. Alat pemukulnya berbentuk dua batang kayu kecil.
- Glukning – Instrumen kayu ulin ini menghasilkan suara merdu saat dipukul, melengkapi harmoni musik Belian.
Artikel Asli baca di rri.co.id
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim