HEADLINEKALTIM.CO, SANGATTA – Masyarakat Kutai Timur patut berbangga. Di tengah kelesuan ekonomi nasional yang terjadi akibat pandemi COVID-19, daerah ini masih jadi magnet investasi berskala internasional.
Dalam beberapa tahun ke depan, investasi besar itu masuk ke Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, yakni pembangunan pabrik penghasil metanol pertama dengan kapasitas terbesar di ASEAN. Direncanakan dimulai pada tahun 2024 mendatang.
Hal ini terungkap dalam kunjungan Plt Bupati Kutim Kasmidi Bulang pada lokasi pembangunan Coal To Methanol milik PT Batuta Chemical Industrial Park (BCIP) yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Rabu 23 Desember 2020.
Pada kunjungan tersebut Kasmidi didampingi pihak Manajemen PT BCIP, Ketua DPRD Kutim Joni, Sekretariat Daerah Kabupaten Kutim Irawansyah, dan Plt Kepala Dinas Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMD-PTSP) Kutim Syaiful Ahmad.
Tentu saja, proyek ini disambut baik oleh Pemkab Kutim. Kasmidi mengatakan, dukungan tersebut pasti datang dari seluruh masyarakat Kutim. Ini mengingat potensi lapangan kerja kian terbuka dengan adanya pabrik penghasil methanol tersebut.
“Dampak ekonomi jelas dirasakan masyarakat nantinya, terlebih pemaparan pihak manajemen PT BCIP menyebutkan potensi penyerapan tenaga kerja lokal dengan jumlah mencapai angka ribuan. Tentu ini berdampak besar pada pengurangan angka pengangguran di Kutim,” jelasnya.
Plt Bupati meminta kepada semua pihak, terutama Dinas PMD-PTSP membantu mempermudah proses investasi yang masuk ke daerah sehingga Kutim mampu menjawab tantangan pascapandemi COVID-19. Pemulihan roda perekonomian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan di daerah.
Dikutip dari lama ipotnews, saat ini, Indonesia hanya memiliki satu produsen metanol, yaitu PT Kaltim Methanol Industri di Bontang, dengan kapasitas sebesar 660 ribu ton per tahun. Dengan adanya pabrik baru di Kutim, diharapkan kapasitas produksi metanol nasional dapat meningkat sehingga bisa mengurangi impor.
Pembangunan fasilitas  coal to methanol bernilai investasi 2 miliar dolar AS. Proyek konsorsium antara PT Bakrie Capital Indonesia dengan PT Ithaca Resources dan Air Products and Chemical, Inc tersebut, diproyeksikan akan mengolah 4,7 – 6,1 juta ton batubara menjadi 1,8 juta ton metanol per tahun.
Industri metanol merupakan industri petrokimia yang memegang peranan sangat penting bagi pengembangan industri di hilirnya. Bahan baku metanol sangat dibutuhkan dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood.
Metanol juga sangat berperan sebagai  antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas. Kemudian metanol merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Selain itu, metanol dapat diolah lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) yang dapat dimanfaatkan sebagai produk bahan bakar.
Penulis: RJ. Warsa
Editor: MH amal