src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO – Rasa kantuk yang berlebihan atau kecenderungan untuk tidur dalam waktu yang sangat lama sering kali dianggap sepele. Namun, kondisi ini bisa menjadi tanda dari gangguan tidur yang serius, yang dikenal dengan istilah hipersomnia.
Dilansir Tribratanews Hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami kantuk berlebihan terutama di siang hari, dan bahkan bisa tidur secara berlebihan pada malam hari. Menurut laporan Healthline yang dirilis Kamis (22/8/24), hipersomnia dapat mengakibatkan seseorang tidur lebih dari 11 jam sehari namun tetap merasa lelah dan tidak segar saat bangun.
Idealnya, orang dewasa memerlukan waktu tidur sekitar tujuh hingga sembilan jam setiap malam untuk mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. Namun, bagi penderita hipersomnia, waktu tidur ini bisa jauh lebih lama tanpa memberikan efek menyegarkan yang seharusnya dirasakan setelah istirahat yang cukup.
Gangguan tidur ini juga memiliki dampak signifikan terhadap suasana hati dan fungsi kognitif seseorang. Beberapa gejala umum dari hipersomnia meliputi perasaan mudah marah, kecemasan, kelelahan yang terus-menerus, kesulitan dalam berpikir atau berbicara, dan kesulitan mengingat. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi tubuh secara fisik, tetapi juga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, hubungan pribadi, maupun aktivitas sosial lainnya.
Hipersomnia terbagi menjadi dua tipe utama. Hipersomnia primer mencakup kondisi seperti narkolepsi, hipersomnia idiopatik, dan sindrom Kleine-Levin. Tipe kedua adalah hipersomnia sekunder, yang biasanya disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari, penggunaan obat-obatan, atau zat tertentu, serta sindrom tidur yang tidak memadai.
Pengobatan untuk hipersomnia bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Langkah-langkah dasar untuk mengatasi hipersomnia meliputi menjaga jadwal tidur yang teratur dan menghindari konsumsi alkohol yang dapat memengaruhi kualitas tidur serta fungsi kognitif.
Untuk penderita hipersomnia sekunder, fokus utama pengobatan adalah mengatasi kondisi medis yang mendasari. Sementara itu, bagi mereka yang mengalami hipersomnia primer, perawatan yang mirip dengan yang diberikan untuk narkolepsi mungkin dapat membantu.
Meskipun hipersomnia mungkin tidak memiliki risiko kesehatan yang sama seriusnya seperti insomnia kronis, dampaknya tetap berpotensi melemahkan. Kantuk yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kognitif yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari produktivitas di tempat kerja hingga interaksi sosial. Lebih dari itu, kantuk kronis juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan, misalnya saat mengemudi, serta kemungkinan cedera akibat tergelincir atau jatuh.
Artikel Asli baca di Detik.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim