HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA — Merumuskan ulang peran Kader Nahdlatul Utama (NU) dalam Pilkada serentak 2024 menjadi topik perbincangan sejumlah tokoh dalam dialog publik yang dihelat di Bagios Cafe and Resto Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota pada Kamis, 4 April 2024.
Dialog yang dirangkai buka puasa bersama ini diinisiasi Gerakan Pemuda Anshor Kaltim. Hadir Rektor UINSI Samarinda Zurkoni, Rektor Unmul Samarinda Abdunnur, Ketua PKB Kaltim Syafruddin, Ketua TWAP Samarinda Syaparuddin, dan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Sapto Setyo Pramono.
Ketua PKB Kaltim Syafruddin menyatakan kesiapannya untuk mengkonsolidasikan warga Nahdlatul Ulama di Kalimantan Timur untuk mensukseskan Pilkada Serentak 2024.
Dirinya menyampaikan bahwa konsolidasi itu sangat penting untuk menyatukan dukungan terhadap para kandidat yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama.
“Pilkada serentak itu kurang lebih 6 bulan lagi, maka sejauh mana kesiapan kita untuk mengkonsolidasikan warga NU untuk Pilkada dan bagaimana mengkapitalisasi pemilih NU ini agar satu arah,” katanya.
Ketua PW GP Ansor Kaltim Fajri Al-Faroby mengungkapkan sebanyak 5,8% warga NU wilayah Kaltim dapat berperan untuk menyongsong kemenangan kandidat NU murni di posisi eksekutif. “Puluhan tahun di Kaltim ini belum ada kader NU yg menembus eksekutif, yang ada hanya naturalisasi. Tidak ada yang murni,” sebutnya.
Rektor UINSI Zurkoni menambahkan bahwa kemenangan dalam Pilkada Serentak 2024 mampu diraih dengan catatan apabila GP Ansor Kaltim dapat memobilisasi massa guna memberikan suaranya serta terus meregenerasi calon pemimpin yang melambangkan warga NU murni.
“Partisipasi warga NU dalam Pilkada cenderung menurun, tapi untuk pendukungnya meningkat apabila selama identitas calon itu jelas sebagai warga NU, maka dengan itu bisa memobilisasi massa,” sambungnya.
Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Sapto Setya Purnomo menyimpulkan bahwa para kandidat juga harus bekerja secara totalitas dalam memperjuangkan dirinya agar mampu meraih suara sebanyak-banyaknya.
“Tidak cukup hanya sebatas tokoh, tapi kecerdasan dan hati juga kita pakai. Intinya totalitas dalam perjuangan kita,” ungkap Sapto.
Syaparuddin membeberkan selama ini peran Ansor merupakan sebuah antitesa dari arus utama gerakan keagamaan. Hal ini ditunjukkan lewat berbagai program yang dilaksanakan secara lintas agama. “Ini sebuah antitesa pada mainstream agama, artinya Ansor selalu tuntas tentang pemahaman kemanusiaan, dan aktif dalam aktivitas sosial politik,” pungkasnya.(zayn)