24.5 C
Samarinda
Saturday, December 14, 2024

Destinasi Wisata Di Muara Kaman Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

Headlinekaltim.co – Muara Kaman, adalah satu dari sekian kecamatan di kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Muara Kaman banyak disebut di Sejarah Indonesia, sebagai tempat ditemukannya prasasti yupa, bertarikh sekitar abad ke-4 Masehi. Prasasti ini dianggap paling tua dibanding prasasti lain yang bisa ditemukan sejauh ini, di Indonesia.

Secara umum, prasasti tersebut mengisahkan keberadaan raja Mulawarman, dengan garis keturunan dimulai dari Kundungga dan berlanjut ke Aswawarman lalu ke Mulawarman. Upacara keagamaan yang dihelat dikisahkan, berikut uborampe dan brahmana yang diundang.

Lokasi ini menarik, karena terletak di tepi Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau, yang bila beruntung, kadangkala tampak pesut berkejaran.

Kerajaan yang dipimpin oleh Mulawarman pada saat prasasti yupa itu dibuat, kemudian dikenal sebagai kerajaan Kutai Mulawarman atau Kutai Muara Kaman atau Kutai Martapura.

Kerajaan ini, sama sekali berbeda dengan kerajaan Kutai Kertanegara, yang baru muncul di abad ke-13, hampir 1000 tahun setelah kerajaan Kutai Martapura berdiri. Kutai Kertanegara sendiri, raja pertamanya adalah Aji Bathara Agung Dewa Sakti, dan berlokasi awal di Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara.

CARA MENCAPAI MUARA KAMAN

Muara Kaman yang menjadi lokasi utama pusat kerajaan Kutai Martapura, pada kondisi saat ini, dapat ditempuh melalui jalur Sebulu, maupun jalur Kota Bangun.

1. Jalur Sebulu – Muara Kaman

Jalur Sebulu – Muara Kaman, dapat ditempuh lewat jalur darat dengan kondisi jalan beragam, melalui Teluk Dalam, Sebulu hingga mencapai Muara Kaman.

Jalur tersebut, dengan tujuan akhir di lapangan depan rumah dinas Camat Muara Kaman, yang disebut Lapangan Monumen Muso bin Salim. Jalur ini, apabila ditempuh dari sekitar Simpang Air Putih Samarinda, berjarak sekira 98 KM dengan lama tempuh 3 jam 15an menit.

Tautannya, sebagai berikut Lapangan Monumen Muso Salim

2. Jalur Samarinda – Kota Bangun

Jalur Samarinda – Kota Bangun, ditempuh melalui kota Tenggarong menuju arah Kota Bangun, dan berhenti di feri penyeberangan menuju Muara Kaman. Jalur ini banyak disukai karena kondisi jalannya relatif baik sepanjang jalan, dibandingkan jalur Sebulu.

Jalur ini, apabila ditempuh dari sekitar Simpang Air Putih Samarinda, berjarak sekira 107 KM dengan lama tempuh 2 jam 20an menit.

Tautannya, sebagai berikut Penyebrangan Mobil & Motor Muara Kaman

LOKASI KUNJUNG DI MUARA KAMAN

A. LOKASI KUNJUNG ANTARA

1. Kompleks Goa Selerong

Lokasi ini dilewati, apabila menggunakan jalur Kota Bangun – Muara Kaman, berjarak 40 KM dari jembatan Tenggarong, sisi kiri jalan.

Kompleks gua ini, beberapa waktu lalu pernah menjadi berita, dan disebutkan masuk dalam desa Lebaho Ulaq. Ternyata, kawasan kompleks gua ini sejatinya adalah bagian dari desa Selerong, Muara Kaman. Kompleks gua ini memiliki banyak mulut gua untuk dimasuki.

Pada kompleks gua ini, terdapat ragam lorong, stalaktit dan stalakmit, ragam fauna gua dan sungai bawah tanah. Disarankan, menghubungi aparat atau warga setempat agar dapat dipandu memasuki gua yang memang riskan dijelajahi tanpa dipandu yang memahami karakter gua tersebut.

Mulut gua terdekat, ada sekitar 50 meter dari tepi jalan lintas Samarinda – Kota Bangun, yang dapat dicari dengan mengklik tautan berikut Selerong, Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

B LOKASI KUNJUNG UTAMA KUTAI MARTAPURA

Sesampai di Muara Kaman yang persisnya bagian dari Muara Kaman Ilir, maka lokasi-lokasi yang berkaitan dengan keberadaan kerajaan Kutai Martapura, dapat merujuk pada tautan-tautan berikut.

2. Tepian Batu

Tepian Batu adalah lokasi yang diyakini merupakan bagian dari pelabuhan lama di era Kerajaan Kutai Martapura.

Tautannya sebagai berikut Tepian Batu Muara Kaman Ulu, Kec. Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

3. Makam Tionghoa

Perkembangan ekonomi kawasan, biasanya juga ditilik dari keberadaan peradaban Tionghoa yang berkembang di kawasan tersebut. Jejak bangunan Tionghoa tak lagi dikenali, namun keberadaan makam-makam Tionghoa bertarikh hingga kisaran tahun 1964 masih bisa dikenali di kawasan ini.

Tautannya sebagai berikut Makam Tionghoa 

4. Lembu Ngeram

Lembu Ngeram adalah sebutan untuk batu yang ada lereng sungai Kedang Rantau. Bentukan yang menyerupai lembu atau sapi dalam kondisi duduk santai, adalah bentukan punuknya. Selebihnya, hanya tampak sebagai batu biasa. Batu ini materialnya setempat, berupa batupasir yang tampaknya mengandung karbonat sehingga menghasilkan kesan pelarutan jenis rongga. Secara total terdapat 3 – 4 onggok batu berjenis serupa, namun hanya batu yang dikenal sebagai Lembu Ngeram itu saja yang memiliki kesan punuk di punggungan batunya.

Tautannya sebagai berikut Lembu Ngeram 

5. Lesong Batu

Lesong Batu adalah onggok rebah dari batu berbentuk memanjang yang disebut yupa. Yupa sejatinya adalah tugu batu yang digunakan untuk mengikat hewan persembahan, bagian dari ritual saat itu. Ketika yupa itu kemudian dipahat aksara yang dipahami saat itu, jadilah ia prasasti yupa. Namun ketika tiada pahatan huruf/ enkripsi, ia hanya disebut yupa. Masyarakat menjuluki yupa rebah tersebut sebagai Lesong Batu, karena dianggap mirip bentukan lesung untuk menumbuk padi-padian, dan berbahan batu.

Sebutan ini lebih karena bentukan memanjangnya yang menyerupai bentuk lesung. Meskipun tidak tepat sepenuhnya, karena tiada bentukan lesung/ cekung pada sisi-sisi yupa yang ada. Ya, sisi-sisi yupa tersebut relatif datar, tanpa lesung/ rongga yang sesuai, sebagaimana lesung pada umumnya; tempat meletakkan biji-bijian padi untuk ditumbuk.

Lesong Batu ini, berbahan batu andesit, yang membentuk kesan tiang memanjang, sedikit lebih dari 2 meter. Kesan tiang ini, bukanlah buatan manusia, melainkan produk alam akibat magma bersuhu ratusan derajat Celcius yang mendesak hingga permukaan tanah, mendingin tiba-tiba sehingga retak-retak memanjang, membentuk kesan kolom berhimpitan.

Batuan andesit tersebut bukan dari lokasi sekitar. Ada bantuan andesit dengan kondisi serupa, namun berada lebih jauh di hulu Sungai Mahakam. Mungkinkah asal yupa tersebut dari kawasan sana? Entahlah.

Tautannya sebagai berikut Lesong Batu 

6. Makam Tua

Makam ini terdapat di sekitar Museum Muara Kaman Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, yang terdiri atas beberapa nisan.

Tautannya sebagai berikut Makam Tua 

7. Makam Tua Berhuruf Arab

Makam ini terdapat di sekitar Museum Muara Kaman, yang terdiri atas beberapa nisan.

Tautannya sebagai berikut Makam Tua Berhuruf Arab

8. Makam Islam

Makam ini dibedakan dari Makam Tua Berhuruf Arab, lebih kepada lokasinya yang berbeda dan tampaknya makam islam ini periode pemakamannya lebih akhir ketimbang makam yang sebelumnya disebutkan.

Tautannya sebagai berikut Makam Islam

9. Yupa Tegak

Sebutan ini, dengan memperhatikan kondisi yang ada, berupa batu berbentuk persegi yang tegak di sekitar makam yang ada, di belakang bangunan Museum Muara Kaman. Batu yang kemudian diberi kain kuning dan dibuatkan cungkup, tampaknya adalah yupa. Meski, proporsi lebar dan tingginya sebagaimana lazimnya kesan nisan. Ini perlu diteliti lebih lanjut. Apakah memang ada yang dimakamkan di situ atau tidak. Bila tidak, bisa jadi itu memang yupa, atau untuk penanda lain yang belum diketahui maknanya. Yang menarik, bahan batu yang digunakan adalah golongan batupasir yang mudah ditemukan di kawasan tersebut, bukan golongan yang sama dengan Lesong Batu atau prasasti yupa.

Tautannya sebagai berikut Yupa Tegak

10. Museum

Museum ini, berada pada komplek inti situs Muara Kaman yang telah dikenal saat ini. Berbentuk rumah panggung, museum ini berisi ragam artefak yang bisa ditemukan di Muara Kaman dan dikumpulkan di tempat ini. Sebagian besar berupa pecahan tembikar atau barang porselen. Ada juga tiruan prasasti yupa, yang dipasang pada bagian tengah bangunan ini. Apabila tidak tampak penjaganya, bisa menghubungi rumah yang ada di sebelah bangunan museum tersebut.

Tautannya sebagai berikut Situs Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura

11. Kompleks Makam Martapura

Kompleks makam ini ada di seberang Sungai Mahakam, di suatu bukit yang disebut Gunung Martapura atau Nusa Martapura. Lokasi ini hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal, menyeberang dari sisi Muara Kaman Ilir, dilanjutkan berjalan kaki.

Tautannya sebagai berikut Kompleks Makam Martapura

C. LOKASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN WILAYAH MUARA KAMAN

12. Rumah Dinas Camat Muara Kaman

Bangunan ini bergaya lawas, sekurangnya tahun 1970an, dengan model rumah besar.

Tautannya sebagai berikut Rumah Dinas Camat Muara Kaman

13. Monumen Muso bin Salim

Muso bin Salim disebut membantu pejuang yang lari, setelah bertempur di Sanga-Sanga, kisaran tahun 1947. Lokasi pelarian di Muara Kaman, adalah tempat berladangnya Muso bin Salim. Muso Salim kemudian disebut ikut angkat senjata, menuju Kalimantan Selatan.

Adalah menarik, ide mengangkat tokoh Muso bin Salim ini, sebagai pejuang dari Muara Kaman. Akan tetapi, menjadi aneh ketika fragmen pertempuran Sanga-Sanga (yang menyebabkan Sanga-Sanga bahkan disebut sebagai Kota Juang), yang menginspirasi Muso bin Salim ini, malah sama sekali belum pernah dimunculkan tokoh pejuangnya oleh pemerintah Kutai Kartanegara. Apalagi, diangkat sebagai kandidat pahlawan nasional.

Monumen ini dibangun untuk mengenang ketokohan beliau. Tautannya sebagai berikut Monumen Nasional Muso Bin Salim

14. Makam Muso bin Salim.

Tokoh Muso bin Salim bersikeras menjalani masa tuanya kembali di Kampung Halaman, dan ingin dimakamkan di Muara Kaman. Makam beliau, kini dicat warga merah putih, dapat dikunjungi di kuburan setempat.

Tautannya sebagai berikut Makam Muso bin Salim

15. Masjid Nurul Iman

Muso bin Salim disebut menghabiskan masa tua beliau sebagai imam di masjid ini.

Tautannya sebagai berikut Masjid Nurul Iman

16. Dermaga

Dermaga ini adalah dermaga resmi untuk berlabuh atau tempat bertambatnya kapal-kapal. Beberapa waktu lalu, lomba perahu cepat pernah juga digelar di sini.

Tautannya sebagai berikut Dermaga Muara Kaman

17. Pandai Besi

Bilah-bilah logam siap ditempa, oleh pandai besi ini. Bila beruntung, anda bisa membeli parang atau pisau yang tersedia di tempat ini. Lokasinya berseberangan dengan masjid Jamiatul Amaliah.

Tautannya sebagai berikut Pandai Besi di Muara Kaman

18. Warung Makan Ramohan

Ada dua warung makan tepi Sungai Kedang Rantau yang populer di kawasan ini. Satu di antaranya adalah Warung Makan Ramohan. Warung makan satunya, hanya berjarak sekira 15 meter dari warung Ramohan. Di warung Ramohan, ragam lauk bisa dipilih untuk dibakar atau digoreng. Ragam sayur yang lezat khas pesisir sungai juga bisa dinikmati di sini, sambil memandang Sungai Mahakam dan persimpangan Muara Sungai Kedang Rantau. Tempat ini, menjadi pilihan menarik setelah lelah mengelilingi lokasi wisata di Muara Kaman.

Tautannya sebagai berikut Warung Makan Ramohan

PENUTUP

Banyak lokasi di Muara Kaman Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, yang menarik dikembangkan lebih lanjut. Kepedulian dari masyarakat setempat dan pemangku wilayah, menentukan perkembangan kemandirian kawasan Muara Kaman dan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, lepas dari sektor pertambangan yang tidak berkelanjutan.Sumber Lamin Etam Advertising Digital Marketing Samarinda

Tulisan ini dibuat oleh FAJAR ALAM dan pertama kali tayang di grup Samarinda Bahari

- Advertisement -

LIHAT JUGA

TERBARU

POPULER