src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js">
HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Bulan Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi momentum untuk meningkatkan adab dan kualitas diri. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Prof Bambang Iswanto, dalam kuliah tujuh menit (kultum) usai salat subuh berjamaah di Samarinda, Jumat (15/3).
Menurutnya, dalam risalah Imam Al-Ghazali, puasa yang berkualitas mencakup berbagai aspek, mulai dari pemilihan makanan yang sehat hingga pengendalian diri dari hal-hal negatif.
“Adab dalam berpuasa bukan hanya tentang sah atau tidaknya ibadah kita, tetapi juga tentang kualitas puasa yang kita jalankan,” ungkapnya.
Salah satu poin penting yang ditekankan Prof Bambang adalah pemilihan makanan saat sahur dan berbuka. Ia menyebut bahwa makanan yang dikonsumsi selama puasa sebaiknya bukan hanya halal, tetapi juga bergizi dan menyehatkan.
“Makanan bergizi tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk menjaga kejernihan akal dan pikiran,” ujarnya.
Konsep ini sejalan dengan program pemerintah yang berfokus pada peningkatan gizi masyarakat, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Lebih lanjut, ia mengingatkan umat Islam agar tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan saat berbuka.
“Hindari makanan yang terlalu berminyak atau berkolesterol tinggi, karena justru dapat menimbulkan penyakit,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya konsep “halalan thayyiban”, yaitu makanan yang tidak hanya halal secara hukum, tetapi juga sehat dan tidak membahayakan tubuh.
Selain soal makanan, adab berpuasa juga mencakup pengendalian diri. Prof Bambang mengutip Imam Al-Ghazali yang menekankan pentingnya menghindari pertengkaran dan perdebatan selama bulan suci.
“Orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari emosi negatif, seperti marah dan iri hati,” katanya.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan umat Islam untuk menjaga lisan dari perbuatan dosa, seperti ghibah (menggunjing), berkata bohong, dan menyebarkan fitnah.
“Lidah adalah sumber dosa yang paling mudah dilakukan, oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berbicara,” ujarnya.
Selain menjaga lisan, ia juga menekankan agar seluruh anggota tubuh dijaga dari perbuatan yang tidak baik, termasuk perbuatan yang dapat menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal.
Di akhir tausiyahnya, Prof Bambang mengajak masyarakat untuk mendoakan para pemimpin, agar mereka diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan amanahnya.
“Para pemimpin kita adalah orang-orang terbaik yang telah diberi amanah, dan kita perlu mendukung mereka dengan doa,” tutupnya.
Artikel Asli baca di .antaranews.com
Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya di Google News Headline Kaltim