src="https://news.google.com/swg/js/v1/swg-basic.js"> Ngamen Puisi dengan Mesin Tik hingga Terbitkan Buku, Penulis Muda Ini Lolos MIWF 2025

Ngamen Puisi dengan Mesin Tik hingga Terbitkan Buku, Penulis Muda Ini Lolos MIWF 2025

4 minutes reading
Wednesday, 6 Aug 2025 08:22 152 huldi amal

SUARA mesin tik merambat di seluruh sudut ruangan. Jemarinya terampil mengetik kata demi kata. Meronce kalimat, menjelma puisi. Berpindah dari satu kafe ke kafe yang lain, Kristal Firdaus menawarkan jasa menulis puisi secara bersitatap. Silih berganti, orang-orang menemuinya dengan membawa cerita masing-masing.

Ngamen puisi ini menjadi salah satu pendapatan sampingan pria bertubuh tambun ini. Pengunjung yang minta dibuatkan puisi boleh membayar sesuka hati. Daus, sapaan akrabnya, selalu menyambut hangat setiap orang yang datang. Dia menyimak kisah-kisah tersebut lalu meramunya menjadi sebuah puisi yang indah.

“Terkadang aku punya metode yang berbeda-beda, tergantung orang,” jelasnya saat ditemui di Pour Indonesia, Jalan Durian III Tanjung Redeb.

Pria kelahiran 1999 ini mengatakan, jika orang yang datang sudah punya cerita maka proses kreatif penulisan puisinya akan lebih mudah. Namun, dirinya akan memancing beberapa pertanyaan kalau ada yang belum punya cerita.

“Banyak yang langsung punya cerita, ada juga yang harus dipancing dulu hingga akhirnya mengalir lalu bercerita,” bebernya.

Daus mengaku gemar menulis puisi ini saat kuliah di Kota Samarinda. Awalnya dia suka menulis surat cinta. Ketika pergi ke toko buku (Gramedia), lulusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman ini melihat buku puisi yang bagus dan akhirnya tertarik.

“Mulainya ngamen itu sekitar bulan Mei sampai sekarang. Lumayan untuk melatih diri dan sekaligus jadi pendapatan sampingan,” ujarnya.

Melalui ngamen puisi, Daus berharap agar semua kalangan bisa menikmati puisi sekaligus didengarkan. Baru-baru ini, dia berkolaborasi dengan komunitas Gerobooks Berau pada kegiatan Art Market yang diadakan 2-3 Agustus 2025 lalu. Dirinya merasa senang sekali karena bisa berpartisipasi dalam kegiatan yang seru tersebut.

“Ini sudah ngamen puisi yang ke-11  kalinya, selanjutnya di WKPS. Puisi ini menjadi medium yang lebih mudah untuk berekspresi,” tuturnya.

Apa kesulitan saat menuliskan puisi? Daus mengaku, jika pengunjung kafe yang datang cukup banyak dan datang secara berturut-turut, maka dia terkadang seperti kehabisan kata-kata.  Diksi yang digunakan menurutnya terasa membosankan. Walaupun begitu, orang-orang tetap suka dengan hasil tulisannya.

“Biasanya kalau event-event seperti ini sehari ada 17 puisi yang diketik, paling banyak 20 orang yang datang minta dibuatkan puisi,” jelasnya.

Judul puisi yang dituliskan ini menggunakan nama orang. Pengunjung biasanya minta dituliskan puisi untuk nama  sendiri. Namun, ada juga yang meminta dituliskan nama orang lain yang mereka sayangi, seperti untuk kekasih, sahabat atau orang tua.

“Paling banyak ada yang kasih Rp200.000 karena sekaligus beli buku puisiku. Paling sedikit ada yang kasih Rp2000 saat ngamen,” ucapnya.

Pemuda asal Berau ini aktif melakukan kegiatan ngamen puisi di Samarinda. Ada coffee shop langganannya yang sering dikunjungi untuk membaca dan kumpul dengan teman-temannya. “Aku juga tinggalkan mesin tik di sana biar enak. Aku juga pengen bisa ngamen puisi ke daerah-daerah lain,” ungkapnya.

Bahkan, saat ngamen puisi di Samarinda, dirinya pernah meneteskan air mata ketika mendengar cerita dari salah satu pengunjungnya. “Akhirnya kita nangis bareng. Ceritanya tentang orang tua dan penolakan-penolakan di dalam keluarganya,” ujarnya.

Belum lama ini, buku puisinya berjudul menidurkan Bahaya terbit pada bulan Maret tahun 2025. Ada 60 puisi dalam buku yang diterbitkan oleh Velodrom. Ini merupakan kompilasi dari perjalanan menulisnya dari tahun 2021 hingga 2025.

“Huruf B-nya besar karena aku merasa usaha-usaha kita dalam hidup selalu kalah sama bahaya, karena bahaya selalu lebih besar. Bahaya di sini adalah bom waktu, masalah-masalah yang tidak bisa kita lawan dan harus dihadapi. Ini seperti sekecil-kecilnya usaha kita melawan hidup, makanya aku menulis buku puisi ini,” paparnya.

Daus mengaku beruntung. Bermula dari puisinya yang pernah terbit di Omong-Omong Media. Kristal pun mengikuti beberapa media sosial (medsos) penulis lain dan editor di media tersebut. Sekitar tahun lalu, dirinya dihubungi pihak penerbit yang tertarik dengan puisi-puisinya. “Dengan senang hati aku mengiyakan untuk menerbitkan buku puisiku,” ucapnya.

Selain itu, Kristal Firdaus menjadi satu-satunya penulis muda berasal dari Kalimantan Timur yang lolos pada ajang Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2025. Ada sekitar 256 pendaftar dari berbagai latar belakang, geografis, gender, dan genre karya yang mengikuti seleksi tersebut. “Ke depan, aku pengen karya selanjutnya itu cerpen atau esai biar jangkauannya lebih luas,” tutupnya. (Riska)

 

Berita Terkini di Ujung Jari Anda! Ikuti Saluran WhatsApp Headline Kaltim untuk selalu up-to-date dengan berita terbaru dan Temukan berita populer lainnya

LAINNYA