HEADLINEKALTIM.CO, SANGATTA – Fenomena angin puting beliung yang terjadi di Sangatta, Kutai Timur pada Selasa 16 Desember 2020 kemarin, merupakan perihal alam yang memiliki daya rusak luar biasa dan dapat merugikan manusia yang berada di jarak lintasannya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim Syafruddin Syam menyebutkan bencana alam seperti puting beliung terjadi karena proses pertumbuhan awan hujan yang ditimbulkan pemanasan suhu intensif di suatu kawasan, dan bencana seperti ini sulit diprediksi timbulnya.
“Fenomena Alam sewaktu-waktu akan mengancam daerah kita, seperti kejadian angin puting beliung kemarin. Kepada masyarakat saya minta tetap waspada, dikhawatirkan ada kejadian susulan. Karena musim hujan tahun ini, seringkali dibarengi dengan angin kencang dan dapat menimbulkan angin puting beliung,” jelasnya saat dihubungi Headlinekaltim.co pada Rabu 16 Desember 2020 pagi.
Dikatakannya fenomena angin puting beliung biasanya terjadi pada siang hari atau sore hari saat musim pancaroba. Proses terjadinya adalah pada waktu siang hari awan putih berkembang menjadi awan gelap yang disertai hembusanudara dingin. Dengan kecepatan putar angin dari 63 km perjam dan bergerak lurus serta berlangsung sekitar 5 menit.
“Hampir sama dengan kronologi yang didapatkan oleh BPBD Kutim, dari keterangan warga di Gg Rezeki yakni Bapak Bahar. Angin bertiup kencang sebelum hujan, durasi kejadian cukup singkat dimana kurang lebih satu menit. Langsung membuat pepohonon tumbang, angin menerpa atap rumah dan bangunan warga yang terbuat dari kayu.
Data sementara BPBD Kutim, diambil dari laporan langsung Ketua RT di wilayah terdampak angin puting beliung di Gg Rezeki, Sangatta Utara. Ada 27 Kepala Keluarga (KK) yang terimbas langsung fenomena alam tersebut, dan kemungkinan dapat bertambah jumlahnya.
“Permintaan bantuan pada BPBD berupa 4 buah tenda pengungsi, karena beberapa rumah atapnya rusak parah. Ada satu orang warga yang jadi korban, karena kejatuhan potongan kayu balok ketika bencana terjadi. Kemarin malam BPBD juga memberikan bantuan berupa terpal, bagi warga yang atap rumahnya roboh. Tim yang terlibat dilapangan saat kejadian selain BPBD, terdapat pula tim dari Basarnas, PMI, dan pihak PLN,” jelas Syafruddin Syam menutup wawancara.
Penulis : RJ. Warsa
Editor : Amin