HEADLINEKALTIM.CO, SAMARINDA – Pascalongsor yang menutup akses Jalan Pattimura, Kelurahan Mangkupalas, di poros Kecamatan Samarinda Seberang-Palaran, masih ada saja warga yang tetap nekat melalui jalur trans Kaltim tersebut.
Pada Kamis 3 September 2020 sekira pukul 23.00 WITA, petugas gabungan PUPR Provinsi Kaltim, PUPR Kota Samarinda, BPBD dan relawan yang tengah sibuk melakukan pembersihan material longsor dikagetkan dengan suara teriakan minta tolong.
“Tolong…tolong!” Suara pria terdengar berasal dari arah material longsor yang membukit. Petugas dibuat terkejut dengan teriakan itu. Bahkan, petugas ada yang ketakutan karena mengira itu adalah suara mahluk gaib alias hantu.
“Saat kami kerja, ada orang teriak minta tolong. Kondisi gelap, penerangan juga kurang saat itu. Setelah dicari-cari asal suara, ternyata berasal dari timbunan bukit longsor. Kami lihat ada seorang laki-laki terjebak di timbunan longsor, posisinya sudah tenggelam sampai lutut,” kata Sujiono, Kepala BPBD wilayah Palaran-Samarinda Seberang pada headlinekaltim.co.
Petugas gabungan langsung mengarahkan pria yang diperkirakan berusia sekitar 25 tahun itu untuk berpindah ke lokasi lain. Namun, karena kondisi tanah basah dan labil, setiap kali laki-laki itu berpindah tempat, selalu terperosok ke dalam lumpur.
“Karena kondisi tanah terus bergerak dan korban terjebak lumpur, kami akhirnya gunakan alat excavator untuk mengevakuasi korban. Korban naik di pengeruk excavator. Dia mengaku sudah tak bisa apa-apa karena kakinya terasa kaku,” cerita Sujian lagi.
Setelah berhasil diselamatkan, korban langsung diantar petugas pulang ke rumahnya.
“Ceritanya, dia tidak tahu ada longsor sampai begini. Dia diantar temannya naik motor dari arah Palaran, mau ke Mangkupalas, rumah keluarganya. Sampai di atas sebelum longsoran, dia jalan kaki, dia kira tanah longsor tidak berbahaya, dia jalan terus. Sampai pas naik di bukitan longsor, kakinya ambles, terjebak tanah dan lumpur,” terangnya.
Dikatakan Sujian, kejadian tersebut ternyata bukan kali pertama terjadi. Sore harinya, beberapa warga yang nekat lewat jalur itu juga sempat terjebak lumpur.
“Sebelumnya ada banyak yang nekat lewat, mereka jalan kaki. Walau sempat terjebak lumpur, tapi masih bisa lolos. Alasan mereka tetap lewat sana karena lebih dekat,” pungkas Sujian.
Penulis : Ningsih