HEADLINEKALTIM.CO, KUTAI BARAT – Tim Peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) yang bernaung di bawah Organisasi Riset Arbastra (Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra) pada Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra melakukan riset dokumentasi bahasa Dayak Bentian di Kecamatan Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
“Tahun ini riset kami fokus pada pendokumentasian bahasa Dayak Bentian di tiga daerah pengamatan, Kampung Dilang Puti, Kampung Suakong, dan Kampung Sambung” demikian dijelaskan oleh Andi Indah Yulianti, M. Li, ketua tim riset.
Selain Andi Indah, tim ini beranggotakan Dr. Dwiani Septiana, M.Hum, Musayyedah, M.Hum, Ai Kurniati, M.Hum., Abd. Rasyid, M. Pd., serta Dosen dari Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Hani Subakti, M. Pd., dan Universitas Palangkaraya, Ariesta Lestari, Ph.D.
Riset yang telah berlangsung pada 25 Juli – 23 Agustus 2023 merupakan usaha untuk melestarikan bahasa-bahasa lokal yang ada di Kalimantan Timur. Pendokumentasian bahasa-bahasa lokal ini terikat dengan upaya penyelamatan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa lokal. Aktivitas riset ini bermanfaat bagi masyarakat penuturnya secara keseluruhan, baik untuk kepentingan kebijakan, maupun untuk kepentingan pengembangan bahasa-bahasa di daerah.
Lebih lanjut Andi Indah menjelaskan bahwa perkembangan yang paling signifikan apabila bahasa-bahasa daerah yang telah didokumentasikan akan semakin dikenal, mudah diakses, dan banyak dipergunakan dalam berbagai ranah bahasa.
Oleh karena itu, riset yang menargetkan luaran berupa dokumentasi struktur bahasa dan sastra lisan Dayak Bentian dalam bentuk digital ini dapat menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin mengakses, mempelajari, dan meneliti bahasa ini. Hasil akhir dari penelitian ini berupa dokumentasi bahasa Dayak Bentian dalam bentuk aplikasi kamus digital yang dapat diakses dengan mudah melalu gawai.
“Kami disambut dengan sangat baik oleh masyarakat dan pemerintah/petinggi di Kampung Dilang Puti, Suakong, dan Sambung. Semoga hasil riset kami ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta, secara khusus, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tetap merawat dan mendorong pemertahanan bahasa Dayak Bentian sebagai aset budaya di wilayah Kutai barat”