28.7 C
Samarinda
Sunday, September 15, 2024

Pandemi dan Komunikasi Virtual

HEADLINEKALTIM.CO, PANDEMI – COVID-19 diyakini telah mengubah pola komunikasi publik. Komunikasi yang biasanya dilakukan tatap muka karena kebijakan pemerintah terkait social distancing, saat ini harus berganti arah menjadi virtual.

Transformasi metode berkomunikasi seperti ini menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk seluruh lapisan masyarakat di dunia. Pandemi menyebabkan munculnya terobosan baru seperti komunikasi virtual yang sedang berkembang saat ini.

Efek yang terjadi ialah sekarang semua orang berkomunikasi melalui media online sebagai alternatif dari tatap muka. Contohnya webinar.

Komunikasi virtual sendiri menjadi cara baru bagi pekerja kreatif untuk tetap produktif di tengah pandemi. Untuk itu, agar komunikasi tetap berlanjut sebagaimana mestinya, setiap individu dituntut untuk dapat menguasai berbagai macam aplikasi virtual untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Melalui tuntutan seperti itu,  mau tak mau semua orang baik itu muda maupun tua harus bisa menggunakan media daring dengan baik agar pergeseran yang terjadi ini tidak menjadi distraksi yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dengan pergeseran ruang publik yang terjadi akibat pandemi COVID-19 jelas sekali terdapat komunikasi antarbudaya yang turut hadir secara tidak langsung.

Dalam suatu ruang publik tertentu yang dikunjungi oleh banyak orang dari kelompok yang berbeda dan kelas sosial yang berbeda, tentunya perbedaan itu melebur menjadi satu dalam ruang publik untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan memecahkan masalah demi kebaikan bersama.

Sudah jelas di masa pandemi saat ini, komunikasi antarbudaya marak terjadi. Contohnya saja seseorang dapat mengemukakan pendapatnya dengan bebas di platform online berdasarkan pengalaman yang ia miliki, yang mungkin juga dipengaruhi oleh budaya di lingkungan dirinya hidup. Kemudian, orang lain juga turut berargumen sesuai dengan pandangan yang ia miliki pula. Hal itu bisa menyebabkan terbukanya komunikasi dari berbagai perspektif.

Berkembangnya teknologi internet dan mobile phone menyebabkan media sosial bertumbuh dengan pesat. Sebagai contoh, dalam sehari-hari kita dapat mengakses Instagram, Facebook, Twitter dan lain sebagainya bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan menggunakan perangkat teknologi informasi seperti handphone, laptop, dan lain sebagainya.

Seperti yang kita lihat, media sosial juga menjadi media tercepat dalam menyebarkan  berita. Berbeda dengan televisi dan koran yang harus melalui redaksi dan sebagainya. Dengan sosial media kita tidak perlu lagi menunggu koran datang atau mencari program berita di televisi.

Selain memudahkan berkomunikasi dan mengetahui berita/informasi, media sosial juga kini menjadi sarana bagi para wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya. Media sosial selalu memperbaharui fiturnya dan salah satunya fitur berjualan.

Dapat dilihat bahwa dengan adanya fitur ini, menguntungkan para wirausahawan yang mungkin ingin melakukan promosi tanpa harus mengeluarkan dana yang besar.

Terjadinya pergeseran ruang publik sebagai jalur berkomunikasi akibat pandemi ini kiranya memberikan efek positif pula. Orang-orang yang dulunya tidak atau kurang mengerti dalam menggunakan media, terutama media online dan media sosial ini, mau tidak mau harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini bisa berimbas ke peningkatan literasi media bila diterapkan dengan baik dan bijak. Selain itu, dari perspektif komunikasi antarbudaya. Masyarakat juga semakin terbuka pemikirannya karena ada perspektif lain yang turut mengemukakan pendapat dalam suatu diskusi bersama di ruang publik.

Perubahan komunikasi saat ini memiliki dinamika yang cukup signifikan, seperti yang dapat kita lihat saat ini. banyak sekali hal-hal yang mengalami pengadaptasian, dari kita yang dahulu sering bertatap muka untuk berkomunikasi dengan cara saling bencengkrama satu sama lain.

Bahkan, kegiatan-kegiatan sosial yang dimana kita harus bekerja sama di ruang publik, secara beramai-ramai untuk menyelesaikan sebuah kegiatan yang telah direncanakan, kini saat ini semua itu telah mengalami pergeseran.

Perubahan baru interaksi dan pola komunikasi kini disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19 yang masih menjadi ancaman. Komunikasi saat ini harus melalui media-media online, dengan satu catatan kita sebagai pengguna harus sigap dan ikut serta secara langsung beradaptasi secara tepat dan tepat dalam pengunaannya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi saat ini menjadi begitu cepat. Setiap warga mau tidak mau harus mengikuti perkembangan tekonologi saat ini. Ditambah pembatasan sosial yang terjadi dikarenakan pandemic COVID-19.

Percakapan melalui media online pun tidak dapat dijadikan hal yang dianggap sebelah mata karena setiap elemen tentunya harus terbiasa dengan perubahan ini. Setiap orang sudah terbiasa menggunakan aplikasi seperti Zoom, WhatsApp, Google Meet, dan lain sebagainya yang dimana hal itu sudah seperti kebutuhan.

RENTAN DISTORSI

Tentunya, tak bisa dipungkiri, proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media komunikasi, rentan mengalami distorsi pesan. Sebagai komunikator tentunya harus memiliki kemampuan untuk memahami isi pesan yang akan disampaikan sehingga pemilihan kata tepat dan pesan tersampaikan dengan baik dan akurat. Maka dari itu perlu adanya edukasi mengenai cara beradaptasi dengan komunikasi virtual di tengah pandemi ini baik untuk penerima pesan maupun komunikator.

Dalam hal ini pula kita sebagai orang yang bijak dalam bersosial media hendaknya harus memahami dalam penggunaan komunikasi modern ini, agar tidak terjadi penyalahgunaan sosial media yang dapat menjerumuskan kita ke sisi negatif pergeseran komunikasi modern.

Keadaan yang memaksa inilah yang harusnya membuat kita berpikir agar penggunaan media sosial digunakan dengan bijak. Bukan hanya pengembangan teknologi saja yang maju, tetapi pengguna harusnya menjadi lebih berpikir maju dan lebih bijak menggunakannya.

Jangan sampai kecanggihan teknologi komunikasi yang seharusnya memudahkan pekerjaan malah menjadikan manusia sebagai “budak teknologi”. Sebelum hal itu terjadi, hendaknya kita memulai memahami bagaimana sebaiknya media dan teknologi digunakan secara bijak agar komunikasi virtual berlangsung dalam ekosistem sehat.

Tim Penulis: Zaynab Army Sijaya, Arifin Nur Saje, dan Siregar Lasmaria Melyani. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unmul

- Advertisement -

LIHAT JUGA

- Advertisement -

TERBARU

POPULER