HEADLINEKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Dinas Kesehatan Berau, Kaltim kembali merilis perkembangan kasus COVID-19, per hari Minggu 20 September 2020. Enam pasien dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan. Namun, satu pasien COVID-19 meninggal dunia hari ini.
Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, dari enam pasien tersebut, dua orang dari klaster pertanahan, dan empat orang merupakan karyawan perusahaan.
“Identitas pasien dari klaster pertanahan yakni, pria, HS (24) atau Berau 149 warga Sambaliung, dan pria, CA (36) atau Berau 153 warga Tanjung Redeb,” ujarnya.
Sementara, karyawan perusahaan yang merupakan pelaku perjalanan, semuanya pria, warga Tanjung Redeb yakni, SHA (24) atau Berau 152, WRB (28) atau Berau 198, RTA (28) dengan kode Berau200, dan BP (28) atau Berau 201.
“Dengan demikian saat ini Positif Covid-19 di Kabupaten Berau berjumlah 253 kasus dan 75 kasus masih menjalani perawatan,” sambung Iswahyudi.
Kabar buruk dari rilis kali ini adalah satu pasien COVID-19 meninggal dunia. Pasien tersebut berinisial AZM (48) dengan kode Berau 224, berjenis kelamin laki-laki pukul 15:35 WITA, hari ini. Sebelumnya, pasien dirawat secara intensif selama tujuh hari sejak tanggal 14 September 2020.
“Selama menjalani perawatan AZM terus mengalami perburukan dan akhirnya mengalami gagal nafas. Tim medis COVID-19 RSUD Abdul Rivai telah berusaha maksimal untuk meningkatkan kondisi pasien, akan tetapi karena pneumonia berat akibat virus menyerang hampir keseluruhan paru-paru, maka nyawa pasien tidak terselamatkan,” ungkapnya.
Ini merupakan kasus kematian kedua akibat COVID-19 di Kabupaten Berau. Saat ini, kontak erat pasien Berau 224 yang telah terlacak sedang dalam masa karantina mandiri dan pemantauan tim Satgas COVID-19 Berau.
“Yang bersangkutan akan segera di kebumikan di Jalan Pembangunan, di pekuburan dekat Taman Ria,” tukasnya.
“Kembali diimbau kepada masyarakat Kabupaten Berau agar meningkatkan kewaspadaan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin, lakukan social distancing dan physical distancing karena saat ini masih terdapat potensi risiko di masyarakat,” harap Iswahyudi.
Penulis : Sofi